Santri Al-Azhar tempo dulu bertempat di pemondokan yang dinamakan
ruwak. Ruwak-ruwak ini berada di samping kiri-kanan masjid. Penamaan
ruwak ini disesuaikan dengan daerah asal penghuninya. Misal saja Ruwak
Jawa dihuni oleh santri yang berasal
dari Indonesia, Malaysia dan Philipina, Ruwak Magharibah untuk
orang-orang Maghrib (Maroko, Tunis, Libya, Aljazair), Ruwak Jabarti
ditempati oleh orang-orang dari daerah Jabart (Ethiopia), Ruwak
Fasyaniyah ditempati oleh santri yang berasal dari daerah Fasyan, Mesir
dan lain-lain.
Santri-santri yang bertempat tinggal di ruwak sebagian besar berasal dari kalangan yang kurang mampu. Ada juga penghuni ruwak yang berasal dari keluarga berada. Misal saja santri-santri yang berasal dari daerah Sha'id Mesir. Akan tetapi, jumlah mereka tidak seberapa bila dibandingkan dengan santri yang berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah. Santri golongan kedua ini juga banyak yang menyewa rumah di sekitar masjid al-Azhar. Mereka datang ke masjid pada jam-jam belajar saja.
Santri dari golongan ekonomi sulit terkenal dengan ketekunan dan kegigihan dalam belajar. Mereka itulah yang menjadi generator dalam setiap pengajian di ruwak-ruwak al-Azhar. Dari kalangan mereka muncul nama-nama besar semisal syekh Abdullah as-Syarqawi. Mirip dengan santri pesantren salaf, bukan?
Santri-santri yang bertempat tinggal di ruwak sebagian besar berasal dari kalangan yang kurang mampu. Ada juga penghuni ruwak yang berasal dari keluarga berada. Misal saja santri-santri yang berasal dari daerah Sha'id Mesir. Akan tetapi, jumlah mereka tidak seberapa bila dibandingkan dengan santri yang berasal dari golongan ekonomi menengah kebawah. Santri golongan kedua ini juga banyak yang menyewa rumah di sekitar masjid al-Azhar. Mereka datang ke masjid pada jam-jam belajar saja.
Santri dari golongan ekonomi sulit terkenal dengan ketekunan dan kegigihan dalam belajar. Mereka itulah yang menjadi generator dalam setiap pengajian di ruwak-ruwak al-Azhar. Dari kalangan mereka muncul nama-nama besar semisal syekh Abdullah as-Syarqawi. Mirip dengan santri pesantren salaf, bukan?
Kelompok santri dari kalangan menengah keatas terekam kurang gigih
dalam belajar. Maklum, lecutan semangat dalam diri mereka kurang
jemether karena terbiasa hidup enak. Fenomena anak ulama besar yang
malas-malasan mengaji juga terekam dalam buku itu. Katanya, kemalasan
mereka disebabkan keulamaan sang ayah akan menitis pada diri mereka
walaupun tanpa belajar.
Pengajian di Al-Azhar berlangsung satu minggu penuh. Libur mingguan dimulai setelah dzuhur hari kamis sampai pagi hari sabtu. Waktu liburan tersebut digunakan para santri untuk refreshing (diantaranya jalan-jalan ke tanjung bulaq dan berman bola), bersilaturahim (mencari tambahan kebutuhan hidup) dengan penduduk yang berdomisili disekitar al-Azhar dan bentuk kegiatan lain. Pada kesempatan liburan mingguan ini juga sering dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mengundang mereka dalam haflah-haflah dan majlis-majlis keagamaan (Semisal jadi tukang qira', tahlilan). Lah, hal itu yang pasti ditunggu-tunggu. Sebab, kalau ada undangan perut kenyang, pulang bawa jajan dan sedikit uang.
Pengajian di Al-Azhar berlangsung satu minggu penuh. Libur mingguan dimulai setelah dzuhur hari kamis sampai pagi hari sabtu. Waktu liburan tersebut digunakan para santri untuk refreshing (diantaranya jalan-jalan ke tanjung bulaq dan berman bola), bersilaturahim (mencari tambahan kebutuhan hidup) dengan penduduk yang berdomisili disekitar al-Azhar dan bentuk kegiatan lain. Pada kesempatan liburan mingguan ini juga sering dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mengundang mereka dalam haflah-haflah dan majlis-majlis keagamaan (Semisal jadi tukang qira', tahlilan). Lah, hal itu yang pasti ditunggu-tunggu. Sebab, kalau ada undangan perut kenyang, pulang bawa jajan dan sedikit uang.
Jum'at pagi adalah jadwal berziarah ke makam-makam ahlul bait. Diantara yang paling masyhur adalah berziarah ke makam Imam Husen, Sayida Zainab, Sayida Nafisah dan Sayida Aisya. Sebagian lain ada yang menawarkan diri jadi imam tahlil bagi penduduk. Maklum, orang Kairo tempo dulu pasti menyempatkan ziarah kepada makam sanak familinya di jumat pagi. Mereka biasanya mengundang salah satu santri Azhar untuk memimpin doa. Alhamdulillah, Jum'at memang selalu mendatangkan keberkahan, kata mereka.
Libur panjang tahunan dimulai dari bulan Sya'ban sampai pertengahan Syawal. Dalam liburan panjang ini, mereka yang punya ongkos pulang dan kampung halamannya tidak terlalu jauh dari Kairo pasti pulang. Sementara yang tidak punya ongkos ataupun punya ongkos tapi jarak kampung halamannya dengan Kairo cukup jauh memilih untuk bertahan di Al-Azhar. Biasanya, mereka baru pulang setelah bertahun-tahun belajar dan merasa sudah pantas untuk pulang.