Tujuh poin tentang Sayyidah Zainab;
[1.] Bapaknya bernama Ali ibn Abi Thalib.
[2.] Ibunya ialah Fathimah bintu Rasul Saw.
[3.] Saudaranya ialah Sidna Hasan & Sidna Hussein.
[4.] Dinamai Zainab oleh Nabi Saw. sebab ia ingin mengabadikan nama putrinya yang juga bernama Zainab; ia syahid di Badr (ditikam perutnya saat ia hamil).
[5.] Zainab bermakna perempuan yang mempunyai kekuatan terpendam, namun pengasih lagi cerdik.
[6.] Sayyidah Zainab (biasanya ditambahi; al-Kubra) ialah orang yang berjasa menyelamatkan keturunan laki-laki terakhir Sayyidina Hussein di tengah kecamuk Karbala. Keponakan kecilnya itu bernama Ali bergelar Zaynal Abidin.
[7.] Masuk ke Mesir pada awal bulan Sya'ban 61 H. bersama keponakannua; St. Sukainah, St. Fathimah; dan S. Ali Zaynal Abidin. disambut tangis haru dan langsung dipersiapkan kediaman di daerah Basatin Zahri (sekarang Distrik St. Zainab)
______________________________
Kulalui rumah-rumah, ya rumah-rumah milik Layla
Kuciumi dinding ini, juga dinding ini
Bukan pada rumah-rumah itu, aku mabuk cinta
Melainkan pada ia yang ada di dalamnya.
(Majnun Layla - Qays ibn al-Mulawwah)
______________________________
Syair ini mengingatkanku pada kisah Syaikh Sya'rawi dan Masjid Hussein.
Seorang yang tsiqqah (terpercaya), teman sekaligus guruku Dr. Muhammad Sa'd al-Masry.
Ia bercerita; suatu hari Syaikh Sya'rawi -rahimahullah- berziarah ke makam Sidna Hussein. Sesaat setelah pintu dibuka dan ia masuk untuk berziarah, Syaikh Sya'rawi menciumi dinding dan pembatas sekitaran makam.
Salah seorang lelaki di situ berdiri dan mempertanyakan atas apa yang dilakukan Syaikh Sya'rawi, "Anda orang yang alim! Tidak seharusnya Anda melakukan hal semacam ini! Ini hanya besi kenapa Anda menciuminya??"
Syaikh Sya'rawi menjawab dengan tenang, mengajaknya duduk untuk mendiskusikan hal tadi. Dimulailah percakapan mereka berdua.
Syaikh Sya'rawi mengawali, "Kita semua tahu, kulit (hewan) bisa dijadikan sepatu. Dengan sepatu itu kita menginjak banyak sekali najis. Tapi, saat kulit (hewan) dibuat sampul mushaf, hukumnya jadi lain. Jangan memegangnya kecuali kamu suci! ..."
Perbincangan terus mengalir sampai menjelang akhir.
Di akhir cerita, lelaki tadi merasa puas dengan dalil-dalil yang disampaikan selama perbincangan. Ia juga meminta maaf atas apa yang terjadi.
Salah satu adat orang Mesir untuk benar-benar bersalaman dengan penuh hormat ialah diikuti dengan mencium kepala lawan bicara. Si Lelaki mencium kepala Syaikh Sya'rawi.
Syaikh Sya'rawi berdiri dan marah tanpa ampun!
Si Lelaki bertanya bingung, "Kenapa Anda marah, Syaikh, saya kan tidak lagi membantah, malah saya sudah mencium kepala Anda???"
"Kata siapa kamu mencium kepalaku?? Kamu itu tadi mencium kopiah!", timpal Syaikh Sya'rawi.
"Bukan kopiah yang aku maksud, Syaikh. Maksudku itu yang ada di dalam kopiah.", jawab lelaki itu.
Syaikh Sya'rawi menyahut, "Aku juga bermaksud begitu. Bukan besi itu yang kumaksud! Yaa Sidna Hussein lah yang aku maksud.."[]
[Allahummaj'alnaa minal muntafi'ina bi 'ulumihi wa ssaairina ala nahjih. Amin.]
[1.] Bapaknya bernama Ali ibn Abi Thalib.
[2.] Ibunya ialah Fathimah bintu Rasul Saw.
[3.] Saudaranya ialah Sidna Hasan & Sidna Hussein.
[4.] Dinamai Zainab oleh Nabi Saw. sebab ia ingin mengabadikan nama putrinya yang juga bernama Zainab; ia syahid di Badr (ditikam perutnya saat ia hamil).
[5.] Zainab bermakna perempuan yang mempunyai kekuatan terpendam, namun pengasih lagi cerdik.
[6.] Sayyidah Zainab (biasanya ditambahi; al-Kubra) ialah orang yang berjasa menyelamatkan keturunan laki-laki terakhir Sayyidina Hussein di tengah kecamuk Karbala. Keponakan kecilnya itu bernama Ali bergelar Zaynal Abidin.
[7.] Masuk ke Mesir pada awal bulan Sya'ban 61 H. bersama keponakannua; St. Sukainah, St. Fathimah; dan S. Ali Zaynal Abidin. disambut tangis haru dan langsung dipersiapkan kediaman di daerah Basatin Zahri (sekarang Distrik St. Zainab)
______________________________
Kulalui rumah-rumah, ya rumah-rumah milik Layla
Kuciumi dinding ini, juga dinding ini
Bukan pada rumah-rumah itu, aku mabuk cinta
Melainkan pada ia yang ada di dalamnya.
(Majnun Layla - Qays ibn al-Mulawwah)
______________________________
Syair ini mengingatkanku pada kisah Syaikh Sya'rawi dan Masjid Hussein.
Seorang yang tsiqqah (terpercaya), teman sekaligus guruku Dr. Muhammad Sa'd al-Masry.
Ia bercerita; suatu hari Syaikh Sya'rawi -rahimahullah- berziarah ke makam Sidna Hussein. Sesaat setelah pintu dibuka dan ia masuk untuk berziarah, Syaikh Sya'rawi menciumi dinding dan pembatas sekitaran makam.
Salah seorang lelaki di situ berdiri dan mempertanyakan atas apa yang dilakukan Syaikh Sya'rawi, "Anda orang yang alim! Tidak seharusnya Anda melakukan hal semacam ini! Ini hanya besi kenapa Anda menciuminya??"
Syaikh Sya'rawi menjawab dengan tenang, mengajaknya duduk untuk mendiskusikan hal tadi. Dimulailah percakapan mereka berdua.
Syaikh Sya'rawi mengawali, "Kita semua tahu, kulit (hewan) bisa dijadikan sepatu. Dengan sepatu itu kita menginjak banyak sekali najis. Tapi, saat kulit (hewan) dibuat sampul mushaf, hukumnya jadi lain. Jangan memegangnya kecuali kamu suci! ..."
Perbincangan terus mengalir sampai menjelang akhir.
Di akhir cerita, lelaki tadi merasa puas dengan dalil-dalil yang disampaikan selama perbincangan. Ia juga meminta maaf atas apa yang terjadi.
Salah satu adat orang Mesir untuk benar-benar bersalaman dengan penuh hormat ialah diikuti dengan mencium kepala lawan bicara. Si Lelaki mencium kepala Syaikh Sya'rawi.
Syaikh Sya'rawi berdiri dan marah tanpa ampun!
Si Lelaki bertanya bingung, "Kenapa Anda marah, Syaikh, saya kan tidak lagi membantah, malah saya sudah mencium kepala Anda???"
"Kata siapa kamu mencium kepalaku?? Kamu itu tadi mencium kopiah!", timpal Syaikh Sya'rawi.
"Bukan kopiah yang aku maksud, Syaikh. Maksudku itu yang ada di dalam kopiah.", jawab lelaki itu.
Syaikh Sya'rawi menyahut, "Aku juga bermaksud begitu. Bukan besi itu yang kumaksud! Yaa Sidna Hussein lah yang aku maksud.."[]
[Allahummaj'alnaa minal muntafi'ina bi 'ulumihi wa ssaairina ala nahjih. Amin.]